1. Ragam Bahasa Indonesia
Bahasa adalalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.
>>Fungsi bahasa adalah :
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi.
Terdiri dari kemampuan gramatikal (kosakata, dialek/ragam, morfologi, sintaksis, fonologi). Kemampuan pragmatik, kemampuan sosiolinguistik.
2. Untuk bersosialisasi dalam masyarakat dan lingkungannya dan lainnya
3. Untuk membangun kecerdasan dengan berpikir logis sehingga terciptanya kreativitas untuk mengembangkan profesi.
>>Ragam bahasa, berdasarkan media yang digunakan:
1. Ragam bahasa lisan: berpidato, berdiskusi, bertelepon.
Ragam bahasa lisan baku :
Kosa kata Aisyah sedang bikin skripsi bentuk kata Aisyah sedang tulis skripsi
Ragam bahasa lisan tidak baku (pergaulan) :
Di sini akan membicarakan pertumbuhan ekonomi 2012
2. Ragam bahasa tulis
Kosa kata Siti Aisyah sedang membuat skipsi bentuk kata Siti Aisyah sedang menulis skripsi.
Dalam seminar ini kita akan mengkaji pertumbuhan ekonomi 2012.
Ragam bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah (kuno), sedangkan ragam bahasa baru ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan yang disempurnakan (EYD), dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
3. Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar dengan menggunakan ragam bahasa tulis resmi.
2. Karangan
Tema Karangan: Ide sentral di dalam karangan yang akan mampu mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan dan seluruh pembuktian di dalam konstruksi karangan ilmiah yang bersangkutan.
Ide sentral: tema karangan akan mengontrol keseluruhan isi karangan. Keseluruhan konstruksi karangan pasti akan dapat dikembalikan kepada ide sentral. Bagi seorang penulis, tema karangan akan dapat menuntun dirinya agar dapat sampai pada akhir tulisan secara tuntas.
Tema karangan yang baik bagi penulis adalah sesuai bidangnya. Bila penulis ingin mengkaji tema tertentu dalam sebuah karya tulis, pastikan bahwa tema itu memiliki data yang melimpah. Hal lain yang harus di penulis karya ilmiah bahwa ketersediaan teori harus benar-benar dijamin oleh si penulis itu sendiri.
Untuk menentukan judul karangan Bisa di awal ketika akan menulis, bisa di tengah saat setelah memulai menulis, atau bahkan setelah penulis selesai menulis karangan. Selain itu harus setali dengan tema karangan, harus kelihatan benang merahnya, dan harus sesuai dengan isi karangan.
Kalimat tesis identik dengan tema karangan. Ibaratnya, kalimat tesis dalam sebuah karangan atau tulisan itu kalimat utama atau kalimat pokok paragraf, sedangkan tema karangan identik dengan ide pokok karangan.
Tema : Meningkatkan penjualan sepatu buatan dalam negeri
Tujuan : Untuk menunjukkan bahwa sepatu buatan dalam negeri dapat diupayakan agar lebih diminati oleh konsumen
Tesis : Sepatu buatan dalam negeri dapat ditingkatkan penjualannya dengan menambah daya saing agar lebih diminati konsumen.
Judul : Sepatu Lokal, Kenapa Tidak?
Model berpikir ilmiah yang lazim digunakan penulis:
- Model DAM-D:duduk perkara, alasan, misal duduk perkara.
- Model DSD: dahulu, sekarang, depan.
- Model PMHT : perhatian, minat, hasrat, tindakan.
- Model 5w+1h: What, who, when, where, why, how.
- Model TAS: tesis, antitesis, sintesis.
- Model PIK: pendahuluan, isi, kesimpulan.
Tema : Meningkatkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi di SD/MI
Tujuan : Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi perlu diberikan kepada siswa SD/MI gua meningkatkan kualitas pembelajaran dan daya belajar yang lebih maksimal.
Tesis : Teknologi Informasi sudah saatnya diajarkan kepada siswa SD/MI guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan memaksimalkan daya belajar para siswa.
Judul : Siswa SD/MI Perlu Belajar Teknologi Informasi.
3. Pola Kalimat
>>Struktur kalimat
Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah.
Struktur kalimat dibentuk berdasarkan unsur subjek, predikat, dan objek pelengkap serta keterangan. Sebuah kalimat sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Selain itu, kalimat harus lengkap, tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak kalimat.
Contoh :
Dalam rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.
a. Rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang dan pelanggan.
b. Dalam rapat ditegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersial untuk mendapatkan uang, barang dan pelanggan.
Ketetapan urutan frasa Urutan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses harus disusun secara logis.
Dalam kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan kemudian melaksanakan.
Mereka menyusun rencana kerja, melaksanakan, dan melaporkan hasil pelaksanaannya.
Ketetapan hubungan antar kalimat
Gadis itu cantik. Tambahan pula ia kaya.
Gadis itu cantik. Tambahan pula ia pandai berhias.
Gadis itu cantik. Ia pun pandai berhias.
Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S), dan predikat (P).
Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri:
a. berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu Pel dan satu K).
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P).
c. Selalu diawali dengan subjek.
d. berbentuk kalimat aktif
e. unsur tersebut ada yang berupa kata, dan ada yang berupa frasa
f. dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, objek dan keterangan.
Contoh kalimat dasar : Para mahasiswa sedang mendiskusikan tugas kelompok
Contoh kalimat luas : Kami yang mengharapkan kedamaian di Aceh selalu berdiskusi tentang masalah ini.
>>Pola kalimat majemuk
Pola Kalimat Majemuk Setara
Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat setara dan bertingkat.
Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda.
Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan.
Kalimat majemuk setara ada empat macam.
a. Setara gabungan menggunakan kata dan, serta.
b. Setara pilihan menggunakan kata atau.
c. Urutan menggunakan kata lalu, lantas, kemudian.
d. Setara perlawanan menggunakan tetapi
Contoh kalimat majemuk : Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkannya dengan cermat.
Contoh kalimat majemuk setara : Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada delapan macam.
1. Anak Kalimat keterangan waktu menggunakan kata: ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.
2. Anak kalimat keterangan sebab, menggunakan kata: sebab, lantaran, karena.
3. Anak kalimat hasil (akibat) menggunakan kata: hingga, sehingga, akhirnya.
4. Anak kalimat keterangan mengunakan kata: jika, apabila, kalau, andaikata
5. Anak kalimat tujuan menggunakan kata: agar, supaya, demi, untuk, guna.
6. Anak kalimat cara menggunakan kata : dengan dalam.
7. Anak kalimat posesif menggunakan kata: meskipun, walaupun, biarpun.
8. Menggunakan pengganti nomina menggunakan kata: bahwa.
>>Kalimat majemuk gabungan setara dan bertingkat
Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketertinggalan ekonomi setelah krisis politik berkepanjangan dan krisis keamanan mulai membaik.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dan Tata Bahasa Imdonesia
>>Ejaan Van Ophuijsen : Ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin pada 1901
Ciri:
Huruf j untuk menuliskan kata-kata: jang, pajah, sajang.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemar.
Tanda diakritik seperti koma ain atau di atas dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’
>>Ejaan Soewandi (ejaan republik) : 19 Maret 1947 di diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen.
Ciri-ciri :
- Huruf oe diganti u, seperti guru, itu, umur.
- Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
- Kata ulang boleh ditulis dengan angka2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
- Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan dirumah, dikebundisamakan dengan imbuhan di- padaditulis, dikarang.
>>Ejaan melindo : Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana ketua tim Indonesia) dan Syeh Nasir bin Ismail (Malaysia) Ketua, menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu Indonesia.
Namun perkembangan politik dan psaang surut hubungan kedua negara mengurungkan peremian ejaan ini.
EYD Diresmikan oleh Presiden RI pada 16 Agustus 1972 pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia, dengan Putusan Presiden No 57 Tahun 1972.
Terbit buku kecil berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 12 Oktober melalui Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (Ketua Amran Halim) menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Isinya: paparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusan No 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.